LAPORAN PENDAHULUAN INFERTILITAS

a.       Pengertian
Pengertian secara klinis
      Infertilitas adalah  kelainan pada sistem reproduksi didefinisikan sebagai kegagalan untuk mencapai kehamilan klinis setelah 12 bulan atau lebih setelah berhubungan seks tanpa kondom atau alat kontrasepsi lainnya (WHO-ICMART, 2000).
Pengertian secara demografi
      Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan suami istri memiliki ketidakmampuan mereka dalam usia reproduktif (15-49 tahun) untuk menjadi atau tetap hamil dalam waktu lima tahun dari paparan kehamilan. (DHS3)
      Infertilitas adalah kesulitan untuk memperoleh keturunan pada pasangan yang telah lama melakukan senggama secara teratur (Depkes RI, 2002).
      Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Secara ringkas infertilitas atau kemandulan adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri tidak mampu menghasilkan konsepsi untuk memperoleh anak meskipun sudah melakukan hubungan seksual tanpa adanya alat kontrasepsi selama kurun waktu 12 bulan.
b.      Klasifikasi
1.         Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
2.         Infertilitas sekunder yaitu Disebut infertilitas sekunder jika perempuan pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut- turut.
3.         Infertilitas yang disengaja yaitu jika pasangan suami dan istri selama 12 bulan berturut-turut secara sengaja menghindari terjadinya konsepsi dan implantasi sel sperma dengan sel ovum dengan cara-cara mekanis seperti coitus interuptus, kondom dan sterilisasi.
4.         Infertilitas yang tidak disengaja yaitu jika pasangan suami istri secara sengaja melakukan hubungan seksual atau senggama secara intim dan teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi dan tanpa menghindari terjadinya konsepsi atau implantasi selama 12 bulan berturut-turut namun belum mendapatkan kehamilan karena adanya gangguan-gangguan sistim reproduksi seperti gangguan spermatogenesis dan gangguan ovulasi.
b.      Penyebab
            Penyebab infertilitas dapat berasal dari pihak istri maupun suami atau kedua-duanya. Kurang lebih 50% infertilitas disebabkan dari pihak istri, 40% dari pihak suami dan 10% tidak terjelaskan (infertilitas idiopatik). Penyebab infertilitas dari pihak istri biasanya adalah : Tuba Falloppii tidak normal, ovulasi tidak normal, adanya endometriosis, organ-organ reproduksi tidak normal (vagina, serviks, korpus atau endometrium ), masalah imunologi dan psikologi. Sedangkan penyebab pada pihak suami biasanya adalah jumlah dan mutu sperma yang tidak normal serta masalah psikologi. Infertilitas dapat juga disebabkan oleh :
1.      Penyebab Infertilitas pada perempuan (Istri) :
Faktor penyakit
a.       Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta -tentu saja-infertilitas.
b.      Infeksi Panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau dinding dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).
c.       Mioma Uteria dalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium). Mioma uteri biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita dalam usia reproduksi sehingga -saat menopause- mioma uteri akan mengecil atau sembuh.
d.      Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh.
e.       Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh manusia.Terdapat berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik. Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism (pertumbuhan rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun tidak normal), obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit ini disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi reproduksi wanita.
f.       Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG (Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan röntgen (sinar X) untuk melihat rahim dan saluran telur.
g.      Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar itu semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke dokter.
Faktor fungsional
a.       Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan (immunologis) Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
b.      Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi).Ovulasi atau proses pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi gangguan hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui sebagai salah satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang normal. Ovarium polikistik disebabkan oleh kadar hormon androgen yang tinggi dalam darah. Kadar androgen yang berlebihan ini mengganggu hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dalam darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan mengkibatkan folikel sel telur tidak bisa berkembang dengan baik, sehingga pada gilirannya ovulasi juga akan terganggu.
c.       Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam rahim, yang berperan adalah gerakan di dalam rahim yang mendorong sperma bertemu dengan sel telur matang. Jika gerakan rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon prostaglandin) maka gerakan sperma melambat. Terakhir adalah gangguan pada saluran telur. Di dalam saluran inilah sel telur bertemu dengan sel sperma. Jika terjadi penyumbatan di dalam saluran telur, maka sperma tidak bisa membuahi sel telur. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit salpingitis, radang pada panggul (Pelvic Inflammatory Disease) atau penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur klamidia.Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
d.      Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim.Setelah sel telur dibuahi oleh sperma dan seterusnya berkembang menjadi embrio, selanjutnya terjadi proses nidasi (penempelan) pada endometrium. Perempuan yang memiliki kadar hormon progesteron rendah, cenderung mengalami gangguan pembuahan. Diduga hal ini disebabkan oleh antara lain karena struktur jaringan endometrium tidak dapat menghasilkan hormon progesteron yang memadai.
2.      Penyebab pada laki-laki (suami).
a.       Kelainan pada alat kelamin seperti hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain pada permukaan testis, ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung kemih, varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh zakar terlalu besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang yang berarti mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan, testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun
b.      Kegagalan fungsional seperti kemampuan ereksi kurang, kelainan pada pembentukan spermatozoa, gangguan pada sperma, gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular), gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat terganggu serta mempengaruhi spermatogenesis dan keabnormalan semen Terapi yang bisa dilakukan untuk peningkatan testosterone adalah dengan terapi hormone, gangguan di daerah testis (testicular). Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi, testis sebagai “pabrik” sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu 34–35 °C, sedangkan suhu tubuh normal 36,5–37,5 °C. Bila suhu tubuh terus-menerus naik 2–3 °C saja, proses pembentukan sperma dapat terganggu, gangguan di daerah setelah testis (posttesticular). Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit -seperti tuberkulosis (Tb)-, serta vasektomi yang memang disengaja, tidak adanya semen. Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan yang mempengaruhi tulang belakang, kurangnya hormon testosterone. Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma.
3.      Penyebab pada suami dan istri
1.      Gangguan pada hubungan seksual.Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan penetrasi tak sempurna ke vagina, impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.
2.      Faktor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri) seperti : masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil, masalah dalam pendidikan, emosi karena didahului orang lain hamil.
4.      Diagnosa banding
Endometriosis adalah pertumbuhan kelenjar endometrium dan stroma yang berasal dari Rahim. Endometrium adalah lapisan yang terdapat pada rahim. Apabila seorang wanita tidak hamil, lapisan tersebut tumbuh dan kemudian meluruh setiap bulannya, hal ini disebut menstruasi. Pada endometriosis, lapisan yang menyerupai endometrium tumbuh dan ditemukan di luar rahim. Lapisan endometrium yang terdapat di luar rahim juga berespon terhadap siklus menstruasi, sama seperti lapisan endometrium di dalam rahim dimana pada menstruasi, lapisan endometrium akan meluruh dan berdarah, baik lapisan yang terdapat di dalam maupun luar rahim. Bagaimanapun juga lapisan endometrium yang berada di luar rahim tidak memiliki jalan keluar untuk perdarahan yang dialaminya setiap bulan sehingga lapisa disekitarnya akan meradang dan membengkak. Endometriosis sering ditemukan di indung telur, saluran tuba, daerah antara vagina dan rektum, dan di rongga panggul. Namun endometriosis dapat ditemukan di seluruh bagian tubuh seorang wanita seperti di paru-paru yang dapat menyebabkan batuk darah dan sesak napas. Pada umumnya wanita dengan endometriosis tidak memiliki gejala. Gejala pada umumnya terjadi ketika menstruasi dan bertambah hebat setiap tahunnya karena pembesaran daerah endometriosis. Gejala yang paling sering terjadi adalah nyeri panggul, dismenorea (nyeri ketika menstruasi), dispareunia (nyeri ketika senggama), dan infertilitas (gangguan kesuburan, tidak dapat memiliki anak). Nyeri yang terjadi tidak berkaitan dengan besarnya endometriosis.
5.    Tanda dan Gejala yang mungkin muncul pada Infertilitas
Bagi Wanita
Terjadi kelainan system endokrin seperti hipotiroidispe dan hipertiroidisme, Hipomenore dan amenore, Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetic, Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak berkembang,dan gonatnya abnormal, Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi, atau tumor, Traktus reproduksi internal yang abnormal, tidak menunjukkan gejala kehamilan setelah 12 bulan berturut-turut melakukan hubungan seksual secara teratur dengan pasangan.

Bagi Pria
Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi), Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin yang digunakan dalam pembentukan sperma, riwayat infeksi genitorurinaria, impotensi, ejakulasi retrograt, Hypo/epispadia, Mikropenis, Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha, Gangguan spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk dan motilitas sperma), Hernia scrotalis, Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis), Abnormalitas cairan semen.
6.    Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan infertilitas harus selalu dimulai dengan pertanyaan mengenai kesehatan. Umumnya dan cara hidup mereka dan riwayat medis yang seksama harus ditanyakan dengan jelas apakah mereka telah benar-benar menjalani pernikahan secara benar, dan telah aktif dalam kehidupan seksualnya. Apabila ada masalah seksual, maka dinasehatkan untuk melakukan konseling psikoseksual dan pendidikan. Pasangan tersebut sebaiknya dirujuk ke klinik yang sesuai (Naylor, 2005).
Syarat-syarat Pemeriksaan
Setiap pasangan infertil harus diperlakukan sebagai suatu kesatuan. Itu berarti kalau istri saja dapat diperiksa sedangkan suaminya tidak mau diperiksa. Adapun syarat-syaratnya pemeriksaan pasangan infertil adalah sebagai berikut :
a.       Istri yang berumur 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk mendapatkan anak selama 12 bulan. Pemeriskaan dapat dilakukan lebih dini apabila :
a.       Pernah mengalami keguguran berulang
b.      Mengidap kelainan endokrin
c.       Pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut
d.      Pernah mengalami bedah kandungan
b.      Istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan itu datang kedokter.
c.       Istri pasangan infirtil yang berumut antara 36-30tahun hanya dilakukan pemeriksaan infertil kalau belum mempunyai anak dari perkawinan ini.
d.      Pemeriksaan infirtilitas tidak dilakukan pada pasangan infirtil  yang salah satu anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahaya-kan kesehatan istri atau anaknya.
a.       Pemeriksaan khusus suami : semen analisa (faktor sperma)
b.      Pemeriksaan khusus istri : faktor ovarium, faktor tuba, faktor uterus, dan faktor serviks.
               2.       Riwayat terdahulu
a.       Pertumbuhan badan, termasuk stigma endokrin.
b.      Penyakit TBC, endometrosis dan tumor.
c.       Operasi : trauma di daerah pelvis mis: apendikstome.
d.      Perkawinan yang lalu : fertil dan infertil.
e.       Obstetri : kehamilan, persalinan dan komplikasinya.
f.       Ginekologi : haid, keputihan
g.      Pemeriksaan infertilitas sebelumnya.
               3.       Riwayat sekarang
a. Lama infertilitas
:
Pemakaian kontrasepsi dan lamanya usaha untuk hamil.
b. Kehidupan seks
:
Libido, frekuensi dan teknik coitus dan kebiasaan pasca coitus.
c. Psikosomatik
:
Umum dan khusus terhadap infertilitas (Rabet, 2003).




7.             Penatalaksanaan
a)             Wanita
1)   Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan waktu yang tepat untuk coital
2)   Pemberian terapi obat, seperti;
a.    Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
b.    Terapi penggantian hormon
c.    Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
d.   Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
3)    GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
4)   Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
5)   Pengangkatan tumor atau fibroid
6)   Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
b)             Pria
1)   Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
2)   Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
3)   Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
4)   Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
5)   Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
6)   Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida
BAB III
Pengkajian

  1. Data Demografis meliputi : identitas klien termasuk data etnis, budaya dan agama
  2. Riwayat Kesehatan Dahulu
1.      Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah
2.      Riwayat infeksi genitorurinaria
3.      Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
4.      Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
5.      Tumor hipofisis atau prolaktinoma
6.      Riwayat penyakit menular seksual
7.      Riwayat kista
c.       Riwayat Kesehatan Sekarang
1.      Endometriosis dan endometrits
2.      Vaginismus (kejang pada otot vagina)
3.      Gangguan ovulasi
4.      Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
5.      Autoimun
d.      Riwayat Kesehatan Keluarga meliputi riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
  1.  Riwayat Obstetri
1.      Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
2.      Mengalami aborsi berulang
3.      Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
Pria
a.       Riwayat Kesehatan Dahulu meliputi : riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b.      Riwayat infeksi genitorurinaria, Hipertiroidisme dan hipotiroid, Tumor hipofisis atau Prolactinoma
c.       Riwayat trauma, kecelakan sehinga testis rusak
d.      Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
e.       Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih

b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1)      Disfungsi ereksi berat
2)      Ejakulasi retrograt
3)      Hypo/epispadia
4)      Mikropenis
5)      Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
6)      Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
7)      Saluran sperma yang tersumbat
8)      Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
9)      Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
10)  Abnormalitas cairan semen
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
    Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
                     3.      Pemeriksaan penunjang
    a. Wanita
1)      Deteksi Ovulasi
2)      Analisa hormon
3)      Sitologi vagina
4)      Uji pasca senggama
5)      Biopsy endometrium terjadwal
6)      Histerosalpinografi
7)      Laparoskopi
8)      Pemeriksaan pelvis ultrasound
   b. Pria
       Analisa Semen:
       Parameter
1)  Warna Putih keruh
2)  Bau Bunga akasia
3)  PH 7,2 - 7,8
4)  Volume 2 - 5 ml
5)  Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
6)  Jumlah sperma 20 juta / ml
7)  Sperma motil > 50%
8)  Bentuk normal > 60%
9)  Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
10)  Persentase gerak sperma motil > 60%
11)  Aglutinasi Tidak ada
12)  Sel – sel Sedikit,tidak ada
13)  Uji fruktosa 150-650 mg/dl
14)  Pemeriksaan endokrin
15)  USG
16)  Biopsi testis
17)  Uji penetrasi sperma
18)  Uji hemizona

Penyusunan Kebutuhan Belajar pada Infertilitas dari perawat untuk pasangan suami istri dengan infertilitas
1.    Memberikan bimbingan konseling kepada suami dan istri terhadap kebingungan dalam menghadapi masalah kesehatan reproduksi khususnya infertilitas
2.    Memberikan pendidikan kesehatan reproduksi terhadap pasangan suami dan istri mengenai infertilitas
3.    Memberikan pengetahuan terhadap penatalaksanaan pada infertilitas
4.    Memberikan penguatan emosional dan spiritual kepada pasangan infertilitas secara berkesinambungan
5.    Pasangan suami istri perlu belajar mengenai cara teknik dalam menghadapi masalah keluarga terkait dengan infertilitas
6.    Pasangan suami istri perlu belajar mengenai kesehatan reproduksi bagi dirinya dan pasangannya

8.      Diagnosa dan intervensi keperawatan
1)      Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan, fungsi peran, dan konsep diri
NOC : Anxiety control
NIC :        
1.1.   Gunakan pendekatan yang menyenangkan
1.2.   Jelaskan semua prosedur dan apa yang di rasakan selama prosedur
1.3.   Bantu pasien untuk mengenal situasi ayng meimbulkan kecemasan
1.4.   Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan , ketakutan , persepsi
1.5.   Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

2)      Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fungsional
NOC :       Body image, disiturbed
                  Coping, ineffective
NIC :        
1.1     menggunakan proses pertolongan interaktif yang berfokus pada kebutuhan masalah, atau perasaan pasien dan orang terdekat untuk meningkatkan atau mendukung koping, pemecahan masalah
NIC :
2.1     tunjukkan rasa percaya diri terhadap kemampun pasien untuk menguasai situasi
2.2     ajarkan keterampilan prilaku yang positif melalui bermain peran, model dan diskusi
2.3     buat statement positive terhadap pasien

3)      Gangguan rasa nyaman b/d gejla terkait penyakit
NOC :
anxiety
Fear leavel
NIC : anxiety Reduction
1.1.   Gunakan pendekatan yang menyenangkan
1.2.   Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
1.3.   Identifikasi tingkat kenyamanan
1.4.   Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
1.5.   Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
4)      Resiko ketidakberdayaan b/d infertilitas
NOC :
self esteem situational low
life sttyle , sedentary
NIC :
1.1  Bantu pasien untuk menidentifikasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan  ketidakberdayaan
1.2     Diskusikan dengan pasien tentang pilihan yang relistis dalam perawatan
1.3     libatkan pasien dalam pengambilan keputusan tentang perawatan
1.4     beri penjelasan kepada pasien tentang proses penyakit
NIC :
2.1  Tunjukkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pasien untuk mengatasi situasi
2.2     Dorong pasien mengidentifikasi kekuatan dirinya
2.3     Monitor frekuensi komunikasi verbal pasien yang negative

5)      Ketidakefektifan koping b/d gangguan dalam pola melepaskan tekanan
NOC :    Decision making
               Role inhasment
NIC :    
1.1     menginformasikan pasien alternatif atau solusi lain penanganan
1.2     memfalisitasi pasien untuk membuat keputusan
1.3     bantu pasien untuk mengidentifikasi keuntungan,kerugian dari keadaan
NIC :
2.1 Bantu pasien untuk ideikasi bermacam-macam nilai kehidupan
2.2 Bantu pasien identifikasi strategi positife untuk mengatur pola nilai yang dimiliki


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung atau suatu kesatuan hasil interaksi biologik yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup. Dan klasifikasi dari infertilitas ada dua yaitu primer dan sekunder. Penyebab dari infertilitas ini bisa dipandang dari pihak perempuan dal laki-lakinya. Jika dari wanita bisa dilihat dari faktor penyakit dan fungsional. Sedangkan dari segi laki-laki bisa dilihat dari kelainan alat kelamin dan kegagalan fungsional. Akan tetapi bisa dilihat juga penyebabnya dari pasangan suami istri tersebut misalnya gangguan pada hubungan seksual dan psikologisnya.
B.     Saran
Apabila ada pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan lama belum mempunyai anak maka bisa langsung konsultasi atau periksa ke dokter ahli untuk segera mengetahui penyebabnya. Karena jika sudah melakukan usaha terus-menerus tapi tidak ada hasilnya, pasti terjadi infertilitas yang bisa disebabkan dari pihak laki-laki, perempuan atau hubungan dari kedua pasangan suami istri tersebut.
  
DAFTAR PUSTAKA


Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : Penerbit    Buku Kedokteran EGC
Braverman. 2003. The relationship between stress and infertility. http://www.healthology.com.
Malpani. 2004. Stress and infertility. http://www.infertility.adoption.com.
Demartoto, Argyo. 2008. Dampak Infertilitas terhadap Perkawinan. Tesis (tidak diterbitkan). Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius
NANDA., 2013. Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta: Prima Medika.

, 2008, Diagnosa Nanda NIC & NOC, Jilid 2 , Jakarta: Prima Medika.

Comments

Popular Posts