LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) GRADE II
I.
Konsep Dasar Penyakit
A.
Anatomi Fisiologi
Darah
1.
Anatomi Darah
Gambar
1. Darah
Darah
adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian, bagian cair yang disebut
plasma dan bagian padat yang disebut sel-sel darah. (Pearce Evelyn, 2008 : 133).Sel-sel
darah, ada tiga macam yaitu :
a.
Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti, ukurannya kira-kira 8 m, tidak dapat bergerak, banyaknya kira-kira 5 juta dalam mm3.Fungsi dari eritrosit adalah mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru. Eristrosit di buat dalam sumsum tulang, limpa dan hati, yang kemudian akan beredar keseluruh tubuh selama 14-15 hari, setelah itu akan mati. Eritrosit berwarna kuning kemerahan karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung O2.
Gambar
2. Sel Darah Merah
Hemoglobin
adalah protein yang terdapat pada sel darah merah.Berfungsi sebagai pengangkut
oksigen dari Paru-Paru dan dalam peredaran darah untuk dibawa ke jaringan dan
membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh ke Paru-Paru. Hemoglobin mengandung
kira-kira 95% Besi ( Fe ) dan berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat
oksigen menjadi Oksihemoglobin dan diedarkan keseluruh tubuh untuk kebutuhan
metabolisme.Disamping Oksigen, hemoglobin juga membawa Karbondioksida dan
dengan Karbon monooksida membentuk ikatan Karbon Monoksihemoglobin (HbCO), juga
berperan dalam keseimbangan ph darah.
Sintesis
hemoglobin terjadi selama proses Eritropoisis, pematangan sel darah
merah akan mempengaruhi fungsi hemoglobin. Proses pembentukan sel darah merah (
Eritropoeisis) pada orang dewasa terjadi di sumsum tulang seperti pada
tulang tengkorak, vertebra, pelvis, sternum, iga, dan epifis tulang-tulang
panjang. Pada usia 0-3 bulan intrauterine terjadi pada yolk sac, pada usia 3-6
bulan intrauterine terjadi pada hati dan limpa. Dalam proses pembentukan sel
darah merah membutuhkan bahan zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin B6 (
piridoksin ), protein dan faktor lain. Kekurangan salah satu unsur diatas akan
mengakibatkan penurunan produksi sel darah sehingga mengakibatkan Anemia yang
ditandai dengan Kadar hemoglobin yang rendah/kurang dari normal.
a.
Leukosit (sel darah putih)
Sel
darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantara
kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga dapat
dibedakan berdasar inti sel. Leukosit berwarna bening (tidak berwarna),
banyaknya kira-kira 4.000-11.000/mm3.
Leukosit
berfungsi sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit atau
bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (Retikulo Endotel Sistem).
Fungsi yang lain yaitu sebagai pengangkut, dimana leukosit mengangkut dan
membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa ke pembuluh darah. Sel
leukosit selain didalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan tubuh
manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan karena kemasukan kuman atau
infeksi maka jumlah leukosit yang ada dalam darah akan meningkat.
Gambar 3. Jenis
Jenis Leukosit
a.
Plasma darah
Bagian
darah encer tanpa sel-sel darah warna bening kekuningan hampir 90% plasma darah
terdiri dari :
1)
Fibrinogen yang berguna dalam proses
pembekuan darah.
2)
Garam-garam mineral (garam kalsium,
kalium, natrium, dan lain-lain yang berguna dalam metabolisme dan juga
mengadakan osmotik).
3)
Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan
viskositas darah dan juga menimbulkn tekanan osmotik untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam tubuh.
4)
Zat makanan (zat amino, glukosa lemak,
mineral, dan vitamin).
5)
Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan
dari kelenjar tubuh.
(Pearce
Evelyn, 2008 : 121-167)
1.
Fisiologi
Darah
Menurut Syaifuddin (2007) fungsi darah terdiri atas
:
1. Sebagai
alat pengangkut, yaitu :
a. Mengambil
O2/zat pembakar dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan
tubuh.
b. Mengangkut
CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c. Mengambil
zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh
jaringan/alat tubuh.
d. Mengangkat/mengeluarka
zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan
ginjal.
2. Sebagai
pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan
membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit, antibodi/zat-zat anti racun.
3.
Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.
B. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialahpenyakit
demam akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat inicenderung polanya
berubah ke orang dewasa.Gejala yang ditimbulkan denganmanifestasi perdarahan
dan bertendensi menimbulkan shock yang dapatmenimbulkan kematian.(Depkes,
2006).
Dengue
haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008).
Dengue haemorhagic fever (DHF)
adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Hidayat, 2006).
Demam berdarah adalah infeksi akut
yang disebabkan oleh arbovirus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
(Aedes albapictus dan Aedes aegypti) (Ngastiah 2007).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
2. Epidemiologi
Wabah
Dengue pertama kali ditemukan di dunia tahun 1635 di Kepulauan Karibia dan
selama abad 18, 19 dan awal abad 20, wabah penyakit yang menyerupai Dengue
telah digambarkan secara global di daerah tropis dan beriklim sedang. Vektor
penyakit ini berpindah dan memindahkan penyakit dan virus Dengue melalui
transportasi laut.
Selama
awal tahun erotype di setiap eroty, penyakit DBD ini kebanyakan menyerang
anak-anak dan 95% kasus yang dilaporkan berumur kurang dari 15 tahun. Walaupun
demikian, berbagai eroty melaporkan bahwa kasus-kasus dewasa meningkat selama
terjadi kejadian luar biasa (Soegijanto S., 2006).Jumlah kasus dan kematian
Demam Berdarah Dengue di Jawa Timur selama 5 tahun terakhir menunjukkan angka
yang fluktuatif, namun secara umum cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun
2015 dan 2016 terjadi lonjakan kasus yang cukup erotyp karena adanya KLB, yaitu
tahun 2015 sebanyak 8246 penderita (angka insiden: 23,50 per-100 ribu
penduduk), dan tahun 2016 (sampai dengan Mei) sebanyak 7180 penderita (angka
insidens: 20,34 per 100 ribu penduduk). Sasaran penderita DBD juga merata,
mengena pada semua kelompok umur baik anak-anak maupun orang dewasa, baik
masyarakat pedesaan maupun perkotaan, baik orang kaya maupun orang miskin, baik
yang tinggal di perkampungan maupun di perumahan elite, semuanya bisa terkena
Demam Berdarah.
Case Fatality Rate penderita DBD pada tahun 2015 sebesar 0,7 dan erotype rate sebesar 45. Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai eroty bervariasi disebabkan beberapa faktor antara lain status umur penduduk, kepadatan eroty, tingkat penyebaran virus, prevalensi erotype virus Dengue, dan kondisi metereologis. DBD secara keseluruhan tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan, tetapi kematian ditemukan lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki.Distribusi umur pada mulanya memperlihatkan proporsi kasus terbanyak adalah anak berumur <15 tahun (86-95%), namun pada wabah selanjutnya jumlah kasus dewasa muda meningkat.
3. Etiologi
1)
Virus dengue
Deman dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus merupakan
virus dengan diameter 30 mm terdiri dari asam aribonukleat rantai tunggal
dengan berat molekul 4 x 106.Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue dan demam
berdarah dengue. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan
serotip terbanyak (Suhendro, 2007 : 1709).
Virus Dengue merupakan keluarga flaviviridae dengan empat serotip (DEN 1,
2, 3, 4). Terdiri dari genom RNA stranded yang dikelilingi oleh nukleokapsid.
Virus Dengue memerlukan asam nukleat untuk bereplikasi, sehingga mengganggu
sintesis protein sel pejamu.Kapasitas virus untuk mengakibatkan penyakit pada
pejamu disebut virulensi. Virulensi virus berperan melalui kemampuan virus
untuk :
a.
Menginfeksi lebih banyak
sel,
b.
Membentuk virus progenik,
c.
Menyebabkan reaksi inflamasi
hebat,
d.
Menghindari respon imun
mekanisme efektor
2)
Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa
spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan
salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya
(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2006; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan
virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk
Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di
daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk
Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana
yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah
di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan
air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan
senja hari. (Soedarto, 2006 ; 37).
3)
Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 2006; 38).
4.
Patofisiologi
Virus
dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian
bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam
asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2006).
Penyakit
DBD ini ditularkan orang yang dalam darahnya terdapat virus dengue.Orang ini
bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa juga tidak sakit, yaitu jika
mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue.Jika orang digigit nyamuk Aedes Aegypti maka virus dengue masuk
bersama darah yang dihisapnya. Di dalam tubuh nyamuk itu, virus dengue akan
berkembang biak dengan cara membelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh
nyamuk. Sebagian besar virus itu berada dalam kelenjar liur nyamuk.Sebagian
besar virus itu berada dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam tempo 1 minggu
jumlahnya dapat mencapai puluhan atau bahkan ratusan ribu sehingga siap untuk
dituarkan/dipindahkan kepada orang lain. Selanjutnya pada waktu nyamuk itu
menggigit orang lain, maka setelah alat tusuk nyamuk (probosis) menemukan
kapiler darah, sebelum darah itu dihisap, terlebih dahulu dikeluarkan air liur
dari kelenjar liurnya agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama dengan
liur nyamuk inilah, virus dengue dipindahkan kepada orang lain (Irawan, 2007).
Virus
dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali
menyebabkan demam dengue.Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada
infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang
mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF
dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi
berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi
anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi
(kompleks virus-antibodi) yang tinggi.
Virus
yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty, pertama-tama
yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau
bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain
yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali). Ruam pada DHF disebabkan
karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Kemudian
virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody.
Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5
akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine
dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding
kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang
ekstra seluler.
Fenomena
patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF
ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin,
histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat
ekstravasasi cairan intravaskuler.Hal ini berakibat berkurangnya volume plama,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Perembesan
plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume plasma,
terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan (syok).Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan
atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya
trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan
hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Adanya
kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya
cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan
pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui
infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan
intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya
edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul
anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi
dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan
vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Renjatan
hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera
teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab
lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan
dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi
trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi.Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.
5.
Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO, DHF dibagi
menjadi empat derajat sebagai berikut:
1. Derajat I
Demam
disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet (+),
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Derajat I dan
disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain ditambah
dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis,
melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III
Ditemukan
kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah
(hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari
(tanda-tanda dini renjatan).
4. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
6.
Tanda dan Gejala
Tanda
dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa inkubasi
antara 13-15 hari menurut WHO sebagai berikut
1.
Demam
tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari
2.
Manifestasi
perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif, seperti perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis.
Epistaksis, Hematemesis,Hematuri, dan melena)
3.
Pembesaran
hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4.
Syok
yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun (tekanan
sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20 mmHg atau kurang)
disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari
dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis disekitar mulut.
Selain
timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF gambaran klinis lain yang
tidak khas dan biasa dijumpai pada
penderita DHF adalah:
1. Keluhan pada saluran pernafasan
seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
2.
Keluhan
pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi
3.
Keluhan
sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan
sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada saluran tubuh dll.
4. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia (kurang atau sama dengan 100.000 mm3) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih atau sama dengan 20 %)
7.
Pemeriksaan Fisik
· Muka
tampak merah; Pembengkakan sekitar mata, konjungtiva hiperemis, lakrimasi dan
fotopobia; Epitaksis; Bibir kering, kemungkinan sianosis; Perdarahan pada gusi.
· Pembesaran
kelenjer limfe
· Nafas
cepat, dispnea, takipnea
· Dapat
ditemukan perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis, hematoma) serta perdarahan
lain seperti epitaksis, hematemesis, hematuria dan malena.
· Frekuensi
BAK berkurang, BAB konstipasi atau diare, hematuria
· Dapat
ditemukan nyeri tekan epigastrium, pembesaran hati, perdarahan dan ulserasi
gusi, hematemesis, dan malena
· Sadar
sampai penurunan kesadaran, nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang
dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh.
· Dapat
ditemukan perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis, hematoma).
8.
Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik
Ada
beberapa pemeriksaan pada pasien DBD, diantaranya :
a. Tes
Tourniquet yang positif
b. Pemeriksaan
Hematologi, beberapa diantaranya :
a Hematokrit
Nilai hematokrit
biasanya mulai meningkat pada hari ketiga dari perjalanan penyakit dan makin
meningkat sesuai dengan proses perjalanan penyakit DBD.
b Hemoglobin
Kadar hemoglobin
pada hari-hari pertama biasanya normal atau sedikit menurun. Tetapi kemudian
kadarnya akan naik mengikuti peningkatan hemokonsentrasi dan merupakan kelainan
hematologi paling awal yang dapat ditemukan pada DBD.
c Jumlah
leukosit dan hitung jenis
Pada penderita
DBD dapat terjadi leukopenia ringan sampai leukositosis sedang.Leukopenia dapat
dijumpai antara hari pertama dan ketiga dengan hitung jenis yang masih dalam
batas normal.Jumlah granulosit menurun pada hari ketiga sampai kedelapan.
d Trombosit
Trombositopenia
merupakan salah satu kriteria sederhana yang diajukan oleh WHO sebagai
diagnosis klinis peyakit DBD.Jumlah trombosit biasanya masih normal selama 3
hari pertama.Trombositopenia mulai tampak beberapa hari setelah panas, dan
mencapai titik terendah pada fase syok.
c. Diagnosis
Laboratorium Infeksi Virus Dengue, uji laboratorium meliputi:
1) Isolasi
Virus Dengue
Isolasi virus
merupakan cara yang paling baik dala arti sangat menentukan, tetapi diperlukan
peralatan dan teknik yang canggih, sehingga tidak dipakai secara rutin.
2) Pemeriksaan
Serologi
Uji serologi
dengan mendeteksi kenaikan antibodi jauh lebih sederhana dan lebih cepat,
tetapi kros reaksi antibodi antara virus dengue dan virus dari kelompok
flavirus dapat memberikan hasil positif palsu.
Ditemukannya
anti bodi IgG ataupun AgM yang meningkatkan tinggi titernya mencapai empat kali
lipat terhadap satu atau lebih antigen dengue dalam spesimen serta
berpandangan. Dibuktikan adanya virus dengue dari jaringan otopsi dengan cara
immunokimiawi atau dengan cara immuno-flouresens, ataupun di dalam spesimen
serum dengan uji ELISA.
d. Pemeriksaan
Radiologi dan USG
Pada pemeriksaan radiologi dan USG kasus DBD, terdapat beberapa kelainan yang dapat dideteksi, yaitu : dilatasi pembuluh paru, efusi pleura, kardiomegali, efusi perikard, hepatomegali, cairan dalam rongga peritoneum.
9.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan
medis
a
DHF
tanpa Renjatan
- Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter /
hari )
- Obat anti piretik, untuk
menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
- Jika kejang maka dapat diberi
luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th>1th 75 mg Im. Jika 15 menit
kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th>1th
diberikan 5 mg/ kg BB.
- Berikan infus jika terus muntah dan
hematokrit meningkat
b
DHF
dengan Renjatan
- Pasang infus RL
- Jika dengan infus tidak ada respon
maka berikan plasma expander ( 20 - 30 ml/ kg BB )
- Tranfusi jika Hb dan Ht turun
2. Penatalaksanaan
Keperawatan
a
Pengawasan tanda - tanda vital secara kontinue tiap jam
- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4
Jam
- Observasi intik output
- Pada pasienDHF derajat I : Pasien
diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht,
Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter - 2 liter per hari, beri kompres
- Pada pasien DHF derajat II :
pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala
seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit
perut, beri infus.
- Pada pasien DHF derajat III : Infus
guyur, posisi semi fowler, beri
b
Resiko
Perdarahan
- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis,
Hematomesis dan melena
- Catat banyak, warna dari perdarahan
- Pasang NGT pada pasien dengan
perdarahan tractus Gastro Intestinal
c
Peningkatan
suhu tubuh
- Observasi / Ukur suhu tubuh secara
periodik
- Beri minum banyak
3.
Pencegahan
Prinsip tepat dalam pencegahan DHF:
a Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah
dengan melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS
b Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan
vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita
veremia.
c Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran
yaitu sekolah dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
d Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi
penularan tinggi
Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang
paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat
perindukannya dengan melakukan “3M” yaitu:
a) Menguras tempat – tampet penampungan air secara teratur
sekurang – kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya.
b) Menutup rapat – rapat tempat penampung air .
c) Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat menampung air hujan.
10. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi
dari penyakit demam berdarah diantaranya :
1. Perdarahan
yang luas.
2. Mengalami shock
atau renjatan.
3. Mengalami
effuse pleura
4. Mengalami
penurunan tingkat kesadaran.
11. Prognosis
Secara umum demam
dengue dan demam berdarah dengue memiliki prognosis baik bila ditangani dengan
baik. Permasalahan terjadi ketika terjadi kelalaian dalam mengontrol terjadinya
syok yang dapat segera menyebabkan kematian
DAFTAR PUSTAKA
(86) LAPORAN PENDAHULUAN DHF | indah wirawan - Academia.edu
Comments