LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN NORMAL (MATERNITAS)
A. PERSALINAN NORMAL
1. DEFINISI
Persalinan adalah suatu proses yang
dialami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat
berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat, 2008).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009).
Persalinan
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2006).
2. SEBAB-SEBAB PERSALINAN
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
a. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum
partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi
progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.
b. Teori placenta menjadi
tua
Turunnya kadar hormone
estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang
menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar
dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu
sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Di
belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan
dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalis dengan
tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin
drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
1. TANDA-TANDA MULAINYA
PERSALINAN
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling
atau dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama
pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan
sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi
lemah diuterus (fase labor pains). Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan
sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show) (Haffieva, 2011).
Tanda-Tanda In Partu :
a. Rasa sakit oleh adanya
his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
b.
Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih
banyak, robekan kecil pada bagian servik.
c.
Kadang-kadang ketuban pecah
d.
Pada pemeriksaan daam, servik mendatar.
2.
FAKTOR PERSALINAN
a.
Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir
yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul,
serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir
tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal. Passage
terdiri dari:
1). Bagian keras
tulang-tulang panggul (rangka panggul)
a). Os. Coxae
- Os
illium
- Os.
Ischium
- Os.
Pubis
b). Os. Sacrum = promotorium
c). Os. Coccygis
2). Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan
ligamen-ligamen
Pintu Panggul
a)
Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet
dibatasi oleh promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis.
b)
Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina
ischiadica, disebut midlet.
c)
Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan
arkus pubis, disebut outlet.
d)
Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity)
berada antara inlet dan outlet.
Bidang-bidang:
a)
Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP
dengan bagian atas symphisis dan promontorium.
b)
Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I
setinggi pinggir bawah symphisis.
c)
Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II
setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.
d)
Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III
setinggi os coccygis
b.
Power
Power adalah kekuatan
atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan
tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang
dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari:
1) His (kontraksi otot
uterus)
Adalah kontraksi uterus
karena otot – otot polos rahim bekerja dengan baik dan
sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi
tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin
dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
2) Kontraksi otot-otot
dinding perut
3) Kontraksi diafragma
pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan dan
ligmentous action terutama ligamentum rotundum.
Kontraksi uterus/His
yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna
mempunyai sifat-sifat:
1) Kontraksi simetris
2) Fundus dominan
3) Relaksasi
4) Involuntir : terjadi di
luar kehendak
5) Intermitten : terjadi
secara berkala (berselang-seling).
6) Terasa sakit
7) Terkoordinasi
8) Kadang dapat dipengaruhi
dari luar secara fisik, kimia dan psikis
Perubahan-perubahan
akibat his:
1) Pada uterus dan
servik, Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis
air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta menyebabkan serviks menjadi
mendatar (effacement) dan terbuka (dilatasi).
2) Pada ibu Rasa nyeri
karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada kenaikan nadi dan tekanan
darah.
3) Pada
janin Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka
timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan kurang
jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis.
Dalam melakukan
observasi pada ibu – ibu bersalin hal – hal yang harus diperhatikan dari his:
1) Frekuensi
his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau
persepuluh menit.
2) Intensitas
his Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas dan frekuensi kontraksi
uterus bervariasi selama persalinan, semakin meningkat waktu persalinan semakin
maju. Telah diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah besar jika wanita
tersebut berjalan – jalan sewaktu persalinan masih dini.
3) Durasi atau lama
his Lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik, misalnya selama 40
detik.
4) Datangnya
his Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
5) Interval Jarak
antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2 sampe 3 menit.
6) Aktivitas
his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo.
His Palsu
His palsu adalah
kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus, kandung kencing dan
otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu timbul beberapa hari
sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan. His palsu dapat merugikan
yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga pada waktu persalinan sungguhan
mulai pasien berada dalam kondisi yang jelek, baik fisik maupun mental.
Kelainan kontraksi Otot Rahim
a)
Inertia Uteri
1)
His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his
yang normal yang terbagi menjadi: Inertia uteri primer:
apabila sejak semula kekuatannya sudah lemah.
2)
Inertia uteri sekunder: His pernah cukup
kuat tapi kemudian melemah. Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada
pembukaan, bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah
pecah. His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin
sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit,
puskesmas atau ke dokter spesialis.
b)
Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering,
sehingga tidak terdapat kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri
dapat terjadi :
1)
Persalinan Presipitatus
2)
Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga
jam. Akibat mungkin fatal
3)
Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
-
Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat
persiapan dalam persalinan.
-
Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan
perdarahan inversion uteri.
-
Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin
sampai kematian janin dalam Rahim.
c)
Inkoordinasi otot Rahim
Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat
menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan
atau pengeluaran janin dari dalam rahim. Penyebab inkoordinasi kontraksi
otot rahim adalah:
1)
Faktor usia penderita elative tua
2)
Pimpinan persalinan
3)
Karena induksi persalinan dengan oksitosin
4)
Rasa takut dan cemas
c. Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasentaa. Janin
merupakan passangge utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala
karena bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin.
Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan.
Kelainan – kelainan yang sering menghambat dari
pihak passangger adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti
hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun
letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak
sungsang.
d. Psikis (Psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati,
seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu
munculnya rasa bangga bias melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka
seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai
suatu “keadaan yang belum pasti “ sekarang menjadi hal yang nyata.
Psikologis meliputi:
1)
Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan
intelektual
2)
Pengalaman bayi sebelumnya
3)
Kebiasaan adat
4)
Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:
1)
Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
2)
Persalinan sebagai ancaman pada self-image
3)
Medikasi persalinan
4)
Nyeri persalinan dan kelahiran
e. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini
Bidan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada
ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong
dalam menghadapi proses persalinan.
3. KALA PERSALINAN
Persalinan dibagi dalam
empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
a. Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya
lendir bercampur darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari
pecahnya pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase:
a)
Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan berlangsung
2 jam, cepat menjadi 9 cm.
b)
Fase aktik
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase:
a)
Periode akselerasi : berlangsung 2 jam,
pembukaan menjadi 4 cm.
b)
Periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam,
pembukaan berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.
c)
Periode deselerasi berlangsung lambat dalam
waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm.
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh,
uterus servik dan vagina menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur,
kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik untuk setiap kontraksi,
kepala janin turun ke pelvis.
b. Kala II (pengeluaran
janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira
2-3 menit sekali, kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan
rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda
anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti
oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.5-2 jam, pada multi 0.5 jam.
Mekanisme persalinan:
Janin dengan presentasi belakang kepala,
ditemukan hampir sekitar 95 % dari semua kehamilan.Presentasi janin paling umum
dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada
saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher). Pada
kebanyakan kasus, presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul
dengan sutura sagitalis melintang. Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme
persalinan dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil
melintang dan anterior.
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu ,
sedangkan ukuran-ukuran kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran
dalam panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk
panggul mulai dari pintu atas panggul, ke bidang tengah panggul dan pada pintu
bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika sutura sagitalis
dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka hal ini akan mempersulit
persalinan, karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari
pintu atas panggul. Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura sagitalis dalam
jurusan muka belakang yang menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu
bawah panggul ialah diameter antero posterior.
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan
adalah:
1)
Penurunan kepala.
2)
Fleksi.
3)
Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
4)
Ekstensi.
5)
Ekspulsi.
6)
Rotasi luar ( putaran paksi luar)
Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan, akan
tetapi untuk lebih jelasnya akan dibicarakan gerakan itu satu persatu.
1)
Penurunan Kepala.
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam
pintu atas panggul biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari
kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan
persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis
melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas
panggul (PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis
terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan
promontorium.
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang
sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati simpisis
atau agak ke belakang mendekati promontorium, maka dikatakan kepala dalam
keadaan asinklitismus, ada 2 jenis asinklitismus yaitu:
-
Asinklitismus posterior: Bila sutura
sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari
os parietal depan.
-
Asinklitismus anterior: Bila sutura
sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari
os parietal belakang.
Derajat sedang
asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi kalau berat gerakan
ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran
normal sekalipun.
Penurunan kepala lebih
lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini disebabkan karena
adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan
langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi
dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik.
Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir. Penurunan kepala
ini juga disebabkan karena tekanan cairan intra uterine, kekuatan mengejan atau
adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan anak.
-
Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah
jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium.
-
Sutura sagitalis mendekati simpisis dan
os parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.
-
Sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang
2)
Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan
fleksi yang ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada
pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun
kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan karena adanya
tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai pelvis. Dengan adanya
fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter
suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar panggul, biasanya kepala janin
berada dalam keadaan fleksi maksimal.
c)
Rotasi Dalam (Putaran
Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian
depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar
ke depan ke bawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang
terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke
depan kearah simpisis. Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan,
karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala
dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul.
d)
Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan
ubun-ubun kecil berada di bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala
janin. Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk
melewatinya. Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul
tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat
menembusnya.
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah
simpisis akan menjadi pusat pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah
berturut-turut pada pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut
dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
e)
Rotasi Luar (Putaran
Paksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami
restitusi yaitu kepala bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu
melintasi pintu dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan
menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar
panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran
bahu (diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior
dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan
putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum sepihak.
f)
Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di
bawah simpisis dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah
kedua bahu bayi lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan
sumbu jalan lahir.
Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala
yang adekuat, dan janin dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput
yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul,
dan persalinan tidak begitu bertambah panjang. Tetapi pada kira-kira 5-10 %
kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi
yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya, rotasi mungkin tidak
sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau janin besar.
c. Kala III (pengeluaran
plasenta)
Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat
sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta
menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu
5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir
secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri,
seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta
disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
d. Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan
plasenta lahir, mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post
partum. Dengan menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan
terus-menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat oksitosin.
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
USG
-
Pemeriksaan Hb
5. PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan
yang diberikan untuk penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta
previanya yaitu:
a.
Kaji kondisi fisik klien
b.
Menganjurkan klien untuk tidak coitus
c.
Menganjurkan klien istirahat
d.
Mengobservasi perdarahan
e.
Memeriksa tanda vital
f.
Memeriksa kadar Hb
g.
Berikan cairan pengganti intravena RL
h. Berikan betametason untuk
pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature.
6. Diagnosa Keperawatan
a)
Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi.
b)
Perubahan eliminasi urin
b/d perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih.
c)
Risiko tinggi terhadap
koping individu tidak efektif b/d krisis situasi.
d) Risiko tinggi terhadap
cedera maternal b/d efek obat-obatan pertambahan mobilitas gastrik.
e)
Risiko tinggi terhadap kerusakan gas janin b/d
perubahan suplay oksigen dan aliran darah.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes (2008). Pelatihan
Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: USAID
Gary dkk. (2006). Obstetri
Williams, Edisi 21. Jakarta, EGC.
Mc Closky &
Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United
States of America: Mosby.
Meidian, JM.
(2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of
America: Mosby.
Mitayani. (2009). Asuhan
Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Setiono, Wiwing. (2014).
Laporan pendahuluan persalinan normal.
Dimuat dalam http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-persalinan-normal.html#.U_h8ZMWSw0o
(Diakses tanggal 24 Agustus 2014).
Wiknjosostro.
(2002). Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan
Bima pustaka Sarwana Prawirohardjo.
Comments